Orang Muda Lintas Agama Laksanakan Workshop, Ajak Masyarakat Menolong Bumi -->

Archive Pages Design$type=blogging$count=7

Orang Muda Lintas Agama Laksanakan Workshop, Ajak Masyarakat Menolong Bumi

BERITAREPUBLIK.COM
14 September 2019


Beritarepublik. Com - Kupang, Komunitas Pace Maker (KOMPAK) orang muda lintas agama melaksanakan Workshop bersama Pemerintah Provinsi NTT, jejaring dan Orang Muda Kota Kupang di Aula Rumah Jabatan Walikota Kupang, NTT. Jumat (13/09/19)
  
Kegiatan dilaksanakan dengan tema Panggilan Menolong Bumi. Materi dalam kegiatan ini disampaikan oleh Dinas Lingkungan Hidup Provinsi NTT, dengan materi Kebijakan Pemerintah Provinsi NTT yang berwawasan Lingkungan. Walikota Kupang, yang diwakili oleh dinas lingkungan hidup Kota Kupang dengan materi Kebijakan Pemerintah Kota Kupang yang berwawasan Lingkungan. WALHI NTT, dengan materi Krisis Iklim. KOMPAK, dengan materi Apa itu Jeda Untuk Iklim?


Walikota Kupang, Jefirston Riwu Kore dalam sambutannya mengatakan bahwa pemerintah Kota Kupang menjaga iklim dengan penanaman pohon  yang cepat pertumbuhannya.

“Pemerintah kota lagi membangun kota dengan, menanam air dan lain sebagainya, menanam pohon untuk menjaga ikim kita Kota Kupang dimana-mana sangat gersang, menanam pohon jangan dimulai dengan anakan pohon tetapi menanam pohon yang cepat pertubuhannya,” kata Jefri.


Jefri menambahkan, “kompak harus merawat lingkungan dengan membantu pemerintah kota kupang, kita perlu duduk bersama untuk memikirkan lingkungan kita agar lingkungan kita bisa menjadi baik kedepannya dan untuk anak cucu kita.” 

Dinas Lingkungan Hidu dan Kehutanan Provinsi NTT, Fransiskus Gabi Tola, menjelaskan tentang porsolan sampah di NTT.

 “Berbicara soal sampah kita perlu memahami sampah dengan beberapa yaitu : sampah masyarakar, dll. Setiap hari sampah yang di hasilkan di NTT sekitar 2000 ton per hari, dari berbagai kalangan, sampah yang berada di rumah sakit masuk dalam sampah beracun, di berbagai kota penumpukan sampah sangat lama. Dampak lingkungan dari pengelolahan sampah yaitu: pencemaran, sampah yang di tumpukan lama kemudian di bakar maka akan menjadi gas yang berbahaya untuk kesehatan, apalagi plastik yang di bakar karena ada saat yang bisa menimbulkan kanker, kesulitan dalam penyelesaian sampah karena anggaran yang tidak memadai,” jelas Fransiskus.

Fransiskus menambahkan, “Dalam pengelolaan sampah dalam undang-undang, berada dalam kabupaten kota, provinsi tidak memiliki kewenangan dalam pengelolaan sampah dan hanya mengawasi.” 

Mewakili KOMPAK, Gerry Indra Reynold Medah mengajak mayarakat untuk melakukan gerakan jedah untuk iklim karena dunia berada dalam krisis iklim.

“Suhu yang sangat panas sekarang ini karena perubahan iklim dalam 10 tahun terakhir, krisis iklim bermula dari padatnya  pertumbuhan manusia, perubahan iklim juga mempengaruhi manusia, mencintai bumi seperti mencintai kehidupan. Perubahan iklim terus berjalan tanpa henti dan terus berubah, kita juga jangan menunggu. Dampah panas di kupang juga karena pola perilaku dari daerah lain, pemanasan global bukan hanya saja terjasi di Kupang, tetapi juga di seluruh dunia. Spirit yang dibawah ialah keadilan iklim bagi lintas generasi. Dalam kehidupan kita tidak memikirkan generasi yang akan datang, kita berbicara soal iklim bagi generasi muda, bukan hanya saja sekarang tetapi juga untuk generasi yang akan datang. Kita berpikir secara produktif dan juga secara global,” ajak Reynold.


Ditemui disela-sela kegiatan, Lucia Carningsi Bunga yang mewakili KOMPAK, menyampaikan bahwa Krisis iklim ini adalah keadaan darurat, dan semua pihak mesti terlibat dan bertindak sebagaimana mestinya demi keadilan iklim untuk semua. Planet kita yang semakin panas telah memakan jutaan korban. Kalau kita tidak segera bertindak untuk menghasilkan peralihan yang adil dan cepat, maka ketidakadilan krisis iklim ini akan semakin parah.

“Bulan September ini, jutaan orang akan keluar dari rumah dan tempat kerja mereka untuk bergabung dengan kaum muda di jalan-jalan demi #JedaUntukIklim yang menuntut diakhirinya era energy kotor dan aksi mendesak untuk menghindari terjadinya bencana iklim. Kondisi yang demikian mendorong KOMPAK sebagai komunitas orang muda lintas agama untuk turut bersama dengan semua orang muda dari seluruh dunia menyuarakan keadilan iklim lewat aksi #JedaUntukIklim.”

Lanjut Carningsi, “Kegiatan ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam menghadirkan narasi positif bagi masyarakat umum dan sosial media sebagai salah satu bentuk kreatifitas orang muda melawan ketidakadilan iklim dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menciptakan solusi krisis iklim yang berorientasi pada keadilan dan kesetaraan. Selain itu, kegiatan ini sebagai wujud advokasi orang muda terhadap pemerintah dalam menjamin pembangunan Kota Kupang yang berwawasan lingkungan. Hal yang senada dengan misi Kupang Hijau yakni, mempersiapkan Kota Kupang menuju metropolitan yang berwawasan lingkungan.”

Tambah Carningsih, 3 tujuan dari kegiatan, “Pertama, menghadirkan narasi positif bagi masyarakat umum dan media social sebagai salah satu bentuk kreatifitas orang muda melawan ketidakadilan terhadap iklim. Kedua, sebagai bentuk upaya meningkatkan kesadaran masyarakat dan pemerintah dalam menciptakan solusi krisis iklim yang berorientasi pada keadilan dan kesetaraan lingkungan. Tiga, sebagai media advokasi orang muda terhadap Pemerintah Provinsi NTT dalam menjamin kebijakan pembangunan yang berwawasan lingkungan. 

Workshop ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan bersama #JedaUntukIklim yang dilaksanakan pada 20 hingga 27 September 2019. Kegiatan selanjutnya yang merupakan bagian dari kegiatan ini adalah, Kampanye Media Sosial untuk menyampaikan narasi #JedaUntukIklim Grebek Kampung untuk aksi bersih sampah. Aksi Friday for future bersama Pelajar dan Orang Muda di Kota Kupang. Yos*